PROPOSAL PTK MATEMATIKA KELAS 5
PENGGUNAAN ALAT PERAGA BILANGAN PECAHAN UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD NEGERI BISMO DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Karya Ilmiah ini.
Penulisan Karya Ilmiah ini penulis susun sebagai tugas dalam rangka seleksi
kepala sekolah tingkat Kecamatan Blado . Penulisan Karya Ilmiah ini sangat
berguna bagi penulis sebagai pedoman untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik
ranah kognitif, afektif maupun psikomotor .
Keberhasilan penulisan Karya Ilmiah ini atas bantuan dan dorongan berbagai
pihak sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ari Pratomo,
S.Pd. selaku Kepala UPT Disdikpora Kecamatan Blado yang telah memberi izin
kepada penulis untuk mengikuti Program S1 PGSD UT .
2. Priyana,
S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Bismo yang telah memberi izin kepada penulis
untuk mengadakan praktik mengajar .
3. Teman-teman
sejawat yang telah membantu mengumpulkan data dalam penulisan laporan ini .
Mohon kritik dan saran bagi siapa
saja yang membacanya .
Batang, 10 Februari 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Identifikasi masalah
Berdasar hasil tes formatif mata
pelajaran Matematika pokok bahasan penjumlahan bilangan pecahan yang
dilaksanakan di Kelas V SD Negeri Bismo, hanya 5 siswa dari 17 siswa yang dapat
menguasai materi pembelajaran sebesar 75% ke atas atau yang mendapat nilai 75
ke atas. Sedangkan 12 siswa nilainya kurang dari 75 sehingga belum tuntas dalam
belajar serta rata-rata nilainya 59,58. Sedang target yang ingin dicapai 75% siswa
menguasai materi.
Berdasarkan hasil reflektif tersebut
diketahui beberapa kekurangan siswa dalam pembelajaran, yaitu :
1.
Siswa kurang
memperhatikan pelajaran.
2.
Siswa belum
menguasai konsep tentang bilangan.
3.
Siswa kurang
aktif dalam pembelajaran.
4.
Siswa
mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latihan.
5.
Siswa
mengerjakan soal dengan tergesa-gesa.
B. Analisis Masalah
Perilaku siswa tersebut di atas
kurang mendukung keberhasilan dalam proses pembelajaran, sehingga hasil belajar
yang diperoleh juga masih rendah dalam pokok bahasan penjumlahan bilangan
pecahan. Dari kurang berhasilnya siswa tersebut, diketahui bahwa proses
pembelajaran yang dilakukan penulis belum efektif. Untuk mengetahui secara
rinci sebab-sebab kekurangberhasilan siswa tersebut, penulis melakukan refleksi
diri.
Berdasarkan hasil reflektif tersebut
diketahui bahwa faktor penyebab siswa kurang menguasai materi yang diajarkan
adalah :
1.
Guru
membahas materi terlalu cepat.
2.
Bahasa guru
sulit dipahami siswa.
3.
Guru tidak
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
4.
Guru tidak
menggunakan alat peraga yang menarik.
5.
Guru kurang
memberikan contoh dan latihan soal-soal.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas, maka penulis dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah penggunaan alat peraga
bilangan pecahan dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD Negeri Bismo
dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan bilangan pecahan
sehingga dapat meningkatkan prestasi dengan baik ?.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran matematika yang efektif akan dapat membantu siswa mencapai tujuan
yang diharapkan. Pembelajaran yang efektif menuntut guru untuk memahami dengan
baik hakekat dan tujuan pembelajaran, terutama pembelajaran maematika, terampil
memanfaatkan media pembelajaran, serta menerapkan berbagai metode pembelajaran,
terutama metode ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab.
A. Pembelajaran Matematika yang Efektif
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan
dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah
diterima sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat
sangat kuat dan jelas (Kurikulum KBK 2004 : 13).
Jerome S.Bruner (dikutip Gatot Muhsetyo,dkk,2008) menekankan bahwa setiap individu
pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di dalam pikirannya
dapat dinyatakan sebagai proses belajar. Bruner membagi menjadi tiga tahapan
yaitu: tahap enaktif, ikonik dan simbolik.
Penerapan ketiga tahapan tersebut
dalam kegiatan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut :
a. Tahap pertama dimulai
dengan menggunakan benda/model konkrit di sekitar anak seperti dalam
penjumlahan dengan membawa pensil, lidi, sedotan, buku dan lain-lain.
b. Tahap ikonik dengan
menggunaka model semi konkrit (model gambar) seperti gambar buku, pensil,
kelereng dan sebagainya. Atau menggunakan model semi abstrak (model diagram)
yang menggunakan tanda-tanda tertentu misalnya menggunakan turus (tally),
bundaran dan lain sebagainya.
c. Tahap simbolik menggunakan
simbol secara abstrak dan mereka akan dapat mengerti arti tiga, arti empat
tanpa bantuan apa-apa. Tahap terakhir merupakan wujud dari pembelajaran
matematika sebagai bahasa simbol yang padat arti dan bersifat abstrak.
B. Pemanfaatan Media Pembelajaran yang Efektif
Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti tengah
perantara atau pengantar.
Oleh karena itu agar pembelajaran efektif maka guru
perlu menggunakan media yang sesuai dengan materi pelajaran, mudah
mendapatkannya juga mudah menggunakannya. Selain itu dengan media penyampaian
materi pembelajaran dapat diseragamkan, proses belajar menjadi lebih jelas dan
menarik, pembelajaran menjadi efektif yaitu akan terjadinya komunikasi dua arah
secara aktif antara guru dan siswa.(Ardiani Mustikasari,2009)
C. Demonstrasi yang Efektif
Metode demonstrasi sangat baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih
jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses
bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen
yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara/ benda dan untuk mengetahui
atau melihat kebenaran sesuatu.
Oleh karena itu agar pembelajaran efektif pelaksanaan demonstrasi juga harus
dilaksanakan secara efektif, yaitu guru harus mempersiapkan segala alat
demonstrasi dengan lengkap, memperhitungkan ketersediaan waktu, dan hendaknya
menjangkau seluruh siswa untuk bisa melaksanakan demonstrasi.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subjek
Penelitian
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan
di Kelas V SDN Bismo, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang. Siswa Kelas V ini
berjumlah 17 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan
yang berumur antara 10-12 tahun. Sebagian besar orang tua siswa adalah petani
dengan penghasilan yang pas-pasan dan dengan fasilitas kehidupan yang sangat
sederhana. Kondisi ini menyebabkan perhatian orang tua terhadap pendidikan
anak-anaknya kurang dan motivasi belajar siswa rendah. Peneliti adalah guru
Kelas V SD Negeri Bismo dan pengamat adalah Bape Kardiman rekan guru SDN Bismo
B. Rencana
Tindakan.
1. Waktu
Penelitian.
Penelitian dilaksanakan dalam bulan Januari sampai Februari 2011
2. Deskripsi
Persiklus.
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 3.
Kegiatan persiklus.
Siklus
|
Pertemuan
|
SD/Kelas
|
Hari/tanggal
|
Waktu
|
I
|
1
|
SD Bismo
Kelas V
|
Selasa 11
Januari 2011
|
08.05-09.45
|
2
|
SD Bismo
Kelas V
|
Selasa 18
Januari 2011
|
08.05-09.45
|
|
II
|
1
|
SD Bismo
Kelas V
|
Selasa 25
Januari 2011
|
08.05-09.45
|
2
|
SD Bismo
Kelas V
|
Selasa 1
Februari 2011
|
08.05-09.45
|
3. Prosedur
Penelitian.
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
3.1. Siklus I
a. Perencanaan.
Pada tahap ini penulis menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi
pokok Penjumlahan Bilangan Pecahan dengan indikator :
- Menjumlahkan dua bilangan pecahan biasa yang berpenyebut sama
- Menjumlahkan bilangan pecahan campuran dengan pecahan biasa
b.
Pelaksanaan.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus
I peneliti menggunakan alat peraga pecahan untuk memperjelas materi
pembelajaran dan mengatasi kebosanan pada siswa. Penelitian tindakan kelas pada
siklus I ini akan dilaksakan dalam 2 x pertemuan sebagai berikut:
I. Pertemuan I (dilaksanakan pada hari Senin tanggal
11 Januari 2011).
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan I antara lain:
- Siswa mengerjakan soal-soal preetest.
- Guru menyiapkan alat peraga pecahan
- Guru dan siswa bertanya jawab tentang bilangan pecahan.
- Guru mendemonstrasikan cara menjumlahkan dua bilangan pecahan biasa memakai alat peraga.
- Siswa dibagi menjadi 4 kelompok
- Guru membagi LKS, serta menyuruh mengerjakan secara kelompok.
- Tiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan dipandu oleh guru.
- Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
II. Pertemuan II (dilaksanakan pada hari Jumat tanggal
18 Januari 2011).
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan II ini antara lain :
- Guru menjelaskan cara mengubah pecahan biasa ke pecahan campuran dan sebaliknya
- Guru menjelaskan cara menjumlahkan bilangan pecahan campuran dengan pecahan biasa.
- Guru memberikan tugas kepada siswa secara bergiliran untuk menjumlahkan bilangan pecahan campuran dengan pecahan biasa yang berpenyebut sama menggunakan alat peraga bilangan pecahan.
- Tanya jawab tentang penjumlahan pecahan campuran dengan pecahan biasa.
- Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
- Siswa mengerjakan soal-soal posttest.
- Guru melakukan refleksi diri .
c. Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan oleh pengamat dengan mengamati kegiatan pembelajaran
menggunakan lembar observasi.
d. Refleksi
Dilakukan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan proses dan hasil yang
diperoleh dari tindakan yang telah dilakukan. Melakukan analisis terhadap
temuan-temuan yang berupa hambatan, kekurangan, dan kelemahan yang dijumpai
selama pelaksanaan siklus I sebagai masukan untuk siklus II.
3.2.. Siklus II
a. Perencanaan.
Pada tahap ini penulis menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi
pokok Penjumlahan Bilangan Pecahan dengan Indikator sebagai berikut :
- Menjumlahkkan bilangan pecahan biasa dengan pecahan campuran.
- Menjumlahkan pecahan campurandengan bilangan pecahan campuran.
b. Pelaksanaan.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus
II peneliti menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan
variasi beberapa metode pembelajaran dan menggunakan alat peraga bilangan
pecahan untuk memperjelas materi pembelajaran dan mengatasi kebosanan pada
siswa. Penelitian tindakan kelas pada siklus II ini akan dilaksakan dalam
2 x pertemuan sebagai berikut:
I. Pertemuan I (dilaksanakan pada hari Selasa tanggal
25 Januari 2011).
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan I Siklus II antara lain:
- Guru mendemonstrasikan penjumlahan bilangan pecahan menggunakan alat peraga bilangan pecahan.
- Tanya jawab tentang penjumlahan bilangan pecahan biasa dengan bilangan pecahan campuran.
- Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.
- Guru membagikan lembar kegiatan diskusi dan menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa.
- Siswa melakukan diskusi kelompok guru mengamati.
- Tiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.
- Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
II. Pertemuan II (dilaksanakan pada hari Jumat tanggal
1 Februari 2011)
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan II siklus 2 ini adalah sebagai
berikut:
- Guru menyiapkan alat peraga.
- Guru mendemonstrasikan cara menjumlahkan bilangan pecahan campuran dengan bilangan pecahan campuran memakai alat peraga.
- Guru menugaskan pada siswa secara bergiliran untuk menjumlahkan bilangan pecahan campuran dengan bilangan pecahan campuran.
- Tanya jawab tentang penjumlahan pecahan campuran denganpecahan campuran
- Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
- Siswa mengerjakan soal-soal posttest.
- dialog dengan teman sejawat (pengamat)
c. Pengamatan.
Selama proses pembelajaran peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa dan
pengamat(kolaborator) melakukan pengamatan terhadap peneliti dan siswa saat
melaksanakan pembelajaran, situasi proses pembelajaran, dan hasil belajar.
d. Refleksi.
Kegiatan refleksi ini peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan perasaannya saat mengikuti pembelajaran. Peneliti juga memberi
kesempatan kepada guru kolaborator (pengamat) untuk memberi masukan tentang
kekurangan yang terjadi saat proses pembelajaran.
C. Tehnik Pengumpulan dan Analisis Data.
1. Tehnik Pengumpulan Data.
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan ada cara yaitu; test unjuk kerja,
observasi, dan wawancara.
a. Test unjuk kerja.
Test adalah ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan,
kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang (KBBI, 2001 : 1186).
Yang dimaksud test unjuk kerja dalam
penelitian ini yaitu siswa diberi tugas secara tertulis maupun praktik.
Test unjuk kerja dilakukan untuk mengatahui kemampuan setelah siswa mengikuti
proses pembelajaran pada setiap siklus.
b. Observasi.
Hal yang diamati dalam penelitian ini antara lain kondisi dan partisipasi siswa
saat mengikuti proses pembelajaran dan nilai yang diperoleh siswa. Selain siswa
juga guru terutama persiapan dan kemampuan guru dalam membelajarkan bahannya.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada siswa untuk meneliti bagaimana minat
dan pengalaman siswa saat mengikuti pembelajaran. Wawancara juga dilakukan
dengan pengamat (kolaborator) untuk dimintai pendapat atau informasi tentang
proses pembelajaran dan minat siswa selama mengikuti pembelajaran.
2. Alat Pengumpulan
Data
Alat atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri atas
beberapa instrumen yaitu :
- Butir soal tes unjuk kerja.
Berupa test kemampuan awal tentang materi penjumlahan
bilangan pecahan. Soal test di akhir setiap siklus untuk mengetahui kemampuan
penguasaan bahan tersebut setelah diberi tindakan
- Lembar observasi
Berupa lembar refleksi siswa dan lembar
pengamatan pengamat yang digunakan untuk mengamati proses kegiatan
pembelajaran.
- Pedoman wawancara
Pedoman wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan untuk
wawancara dengan siswa dan pengamat mengenai proses pembelajaran yang telah
berlangsung.
3. Validasi Data.
Validasi data yang berupa proses pembelajaran dilakukan melalui observasi dan
wawancara kepada siswa dan pengamat (kolaborator) dengan menggunakan berbagai
instrumen. Dengan demikian validasi proses pembelajaran diperoleh melalui
triangulasi sumber dan triangulasi metode.
4. Analisis Data.
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah analisis data hasil
belajar. Hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu
membandingkan hasil kemampuan awal dengan nilai kemampuan setelah mengetahui
test pada siklus 1 maupun siklus 2. Analisis data hasil observasi dan
wawancara.
Hasil observasi dan wawancara
dianalisis dengan deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan
refleksi terhadap pembelajaran,untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa secara
klasikal
5. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: 75% dari
jumlah siswa telah lulus KKM materi Perkembangan wilayah Indonesia yaitu 75
dengan nilai rata-rata kelas 75.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penulis telah
melakukan perbaikan pembelajaran sebanyak dua siklus. Selanjutnya disampaikan
hasil perbaikan pada masing-masing siklus. Penyampaian hasil penelitian pada
masing-masing siklus akan mencakup penilaian penampilan perbaikan pembelajaran
dan hasil belajar siswa. Dikembangkan dari konsep pengukuran asesmen (Zainul
& Mulyana,dikutip Sunaryo, 2007) penilaian penampilan perbaikan
pembelajaran menggunakan alat ukur rating scale dan pengukuran prestasi belajar
siswa dengan tes formatif.
A. Deskripsi Per Siklus
Pada setiap siklus disajikan data hasil observasi aktivitas-aktivitas perbaikan
pembelajaran yang dilakukan, hasil belajar siswa sesuai dengan hasil tes
formatif, deskripsi pelaksanaan tiap-tiap aktivitas, dan deskripsi hasil
belajar siswa.
1. Siklus I
Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
perbaikan pembelajaran berjalan dengan cukup baik, dengan nilai rata-rata 3,6
(dalam skala 1-5) dan prestasi belajar siswa cukup, dengan nilai 79,28(dalam
skala 1-100).
a. Hasil Pengolahan Data
Hasil belajar siswa dalam perbaikan pembelajaran matematika di kelas V SDN
Bismo Kecamatan Blado Kabupaten Batang siklus I dengan rata-rata 79,28 dengan
prosentase ketuntasan 82 %
2. Siklus II
Hasil belajar siswa dalam perbaikan pembelajaran matematika di Kelas V SDN
Bismo Kecamatan Blado Kabupaten Batang siklus II dengan rata-rata 85,00 dan
prosentase ketuntasan 97 %
B. Pembahasan Hasil Penelitian Per Siklus
Dari data kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan hasil tes formatif
siswa yang ditemukan dalam penelitian di Kelas V SD Negeri Bismo, dapat
dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran meningkat dan karena itu
prestasi belajar siswa juga meningkat. Pelaksanaan perbaiakan pembelajaran
berjalan dengan cukup baik, dengan nilai 3,6 (skala 1-5) pada siklus I dan
meningkat menjadi baik, dengan nilai 4,3 (skala 1-5) pada siklus II. Prestasi
belajar siswa meningkat dari kurang (nilai 58,57) sebelum perbaikan
pembelajaran, menjadi cukup (nilai 79,28) pada perbaikan siklus I dan baik
(nilai 85,00) pada siklus II.
Peningkatan prestasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Bismo terjadi karena dalam
perbaikan pembelajaran secara konsekuaen penulis melaksanakan
aktivitas-aktivitas perbaikan yang telah dipilih dengan
tepat.. Ketepatan pemilihan aktivitas-aktivitas
perbaikan pembelajaran tampak dalam kesesuaian antara pelaksanaan masing-masing
aktivitas dengan teori yang melandasinya. Ketepatan masing-masing aktivitas
dapat dijelaskan seperti berikut ini :
1)
Pemanfaatan Alat Peraga/ Media Pembelajaran
Media/alat peraga sebagai sumber pembelajaran erat kaitannya dengan peran guru
sebagai mediator dan fasilitator. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat
diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral dalam
pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran.
2)
Keterlibatan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan alat peraga
Dalam penyajian materi pelajaran
dapat dilakukan melalui peragaan, yaitu kegiatan memperagakan cara kerja,
perilaku tertentu dan sejenisnya. Karena dengan demonstrasi / peragaan
pembelajaran akan lebih jelas dan konkret sehingga menghindari verbalisme
(pemahaman kata-kata), siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, proses
pembelajaran lebih menarik dan siswa dirangsang untuk aktif mengamati,
menyesuaikan antara teori dan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.
3) Pengaktifan siswa dalam latihan menggunakan alat
peraga
Latihan atau penugasan adalah
penyampaian pelajaran melalui pengulangan (repetisi) sampai bahan/materi itu
dikuasai siswa. Metode ini sangat efektif untuk melatih ketrampilan dan
untuk menyampaikan pengertian (Udin S. Winataputra, 2008). Selain itu metode
ini juga untuk melatih kemandirian siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
4) Pemberian bimbingan pada siswa dalam menggunakan
alat peraga
Dalam proses pembelajaran guru
selalu memberikan motivasi dan bimbingan pada siswa agar semua siswa terlibat
aktif. Kegiatan mengaktifkan siswa ternyata dapat memotivasi berpikir
memecahkan masalah bersama. Terdapat hubungan antara tingkat motivasi siswa dan
hasil belajar, baik hasil belajar pada suatu waktu tertentu maupun terhadap
hasil belajar selanjutnya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil-hasil penelitian yang di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
alat peraga bilangan pecahan dalam perbaikan pembelajaran matematika kompetensi
penjumlahan bilangan pecahan campuran yang berpenyebut sama di Kelas V SD
Negeri Bismo Kecamatan Blado, Kabupaten Batang dapat meningkatkan prestasi
siswa dengan baik. Secara rinci :
1. Pelaksanaan
perbaikan pembelajaran berjalan berjalan cukup baik, dengan nilai 3,4 (dalam
skala 1-5) pada siklus I, meningkat menjadi baik, dengan nilai 4,4 (skala 1-5)
pada siklus II.
2. Prestasi
belajar siswa meningkat dari kurang (nilai 58,57) pada pra perbaikan, menjadi
cukup (nilai 79,28) pada siklus I dan baik (nilai 85,00) pada siklus II.
3. Prestasi
belajar siswa meningkat melalui aktivitas-aktivitas: (1) pemanfaatan alat
peraga/media pembelajaran, (2) penggunaan alat peraga dalam pembelajaran, (3)
keterlibatan siswa dalam demonstrasi/dalam menggunakan alat peraga, (4)
pengaktifan siswa dalam latihan menggunakan alat peraga, dan (5) pemberian
bimbingan pada siswa dalam menggunakan alat peraga.
B. Saran
Bertolak dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyampaikan saran
kepada rekan-rekan guru. Dalam pembelajaran Matematika, supaya siswa mencapai
prestasi belajar yang baik, guru hendaknya :
1.
Memanfaatkan alat peraga/media pembelajaran
2.
Menggunakan alat peraga dalam pembelajaran
3.
Melibatkan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan alat peraga
4.
Mengaktifkan siswa dalam latihan menggunakan alat peraga
5.
Memberikan bimbingan pada siswa dalam menggunakan alat peraga
Selain itu, penulis menyarankan
kepada rekan-rekan guru untuk mempelajari dan melaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) di kelasnya sendiri, karena terbukti PTK dapat memecahkan
masalah yang kita hadapi dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Adapun pemahaman PTK ini bagi rekan-rekan guru dapat diperoleh
melalui pertemuan KKG dengan mendengarkan sharing dari rekan-rekan guru yang
telah paham dan telah melaksanakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar